PENYEBAB BANJIR.
Pada
dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada
saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi
maupun tempat yg rendah.
Pada
saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka
air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran
atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian
akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan
menguap keudara (evapotranspirasi).
Sebenarnya
banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir,
mengapa bisa alami??? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari
peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat
dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya
air yang di bawa tapi juga tanah-tanah yang berasal dari hilir aliran
sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan-pertemuan
sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan
daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal
sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.
Itu faktor penyebab yang alami…. sekarang kita tengok yang tidak alami atau akibat dari perubahan
Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi :
Pertama
itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim,
perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan
kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri.
Hujan
merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan
pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu
yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini
saluran-saluran yang ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran
permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan.PENANGGULANGAN BANJIR
Secara
filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir. Pertama, memindahkan
warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan belum tentu
warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam banjir.
Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal,
tetapi sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi
sungai, mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir
masih terus akrab melanda permukiman warga. Ketiga, hidup akrab bersama
banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-hari warga menjadi
aman walau banjir datang, yaitu dengan membangun rumah-rumah panggung
setinggi di atas muka air banjir.
Secara
normatif, ada dua metode penanggulangan banjir. Pertama, metode
struktur, yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun
waduk di hulu, kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir
sepanjang tepi sungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur sungai,
sistem polder, serta pemangkasan penghalang aliran.
Anggaran
tak seimbang Dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku kepentingan
(stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah ada kesepakatan
politik dari pemerintah, yaitu akan melaksanakan penanggulangan banjir
secara hibrida, dengan melaksanakan gabungan metode struktur dan
non-struktur secara simultan. Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Namun, dalam
implementasinya, penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah masih
sangat sektoral, alokasi anggaran antarsektor tidak seimbang. Anggaran
penanggulangan banjir metode struktur alias konstruksi teknik sipil
lebih besar dibandingkan dengan anggaran metode nonstruktur yang lebih
berbasis masyarakat.
Padahal,
penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis masyarakat
tidak kalah pentingnya. Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah
rawan banjir, antara lain pembuatan peta banjir, membangun sistem
peringatan dini bencana banjir, sosialisasi sistem evakuasi banjir,
kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi rumah akrab banjir,
peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan
banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir.
Kedua,
berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian
erosi, pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah
dan limbah ke sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan
lindung, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
konservasi.
DAMPAK BANJIR
Dampak primer
- Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
Dampak sekunder
- Persediaan air – Kontaminasi air. air minum bersih mulai langka.
- Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyebaran penyakit bawaan air.
- Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
- Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
- Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.